Mengenal
Hubungan Kompresi dan Nilai Oktan
Sumber : - | Author :
KOMPAS.com/Zulkifli BJ & Wikpedia
Perbandingan kompresi mesin dirancang sesuai dengan aplikasi dan bahan
bakar yang akan digunakan
KOMPAS.com — Pertanyaan yang banyak muncul sekarang ini di antara pemakai
kendaraan bermotor adalah apa akibatnya apabila menggunakan bensin premium atau
beroktan lebih rendah. Pasalnya, harga bensin beroktan tinggi sekarang ini
semakin cepat menguras kantong!
Sebelumnya menjawab pertanyaan tersebut, pemilik mobil dan sepeda motor
”harus” mengetahui salah satu spesifikasi mesin, yaitu perbandingan
kompresi (compression ratio).
Perbandingan kompresi adalah perbandingan ruang yang tercipta di atas
piston ketika berada di titik terendah atau bawah (TMB) dan tertinggi atau
titik mati atas (TMA). Lihat gambar!
Tren mesin sekarang, perbandingan kompresinya makin tinggi. Malah kini ada
mesin bensin dengan perbandingan kompresi 14: 7. Adapun mesin lama bisa
saja 7–8 : 1. Sekarang ini kebanyakan perbandingannya 9–10,5 : 1. Mesin
yang lebih canggih sekitar 11- 12. Tujuan mesin dibuat dengan perbandingan
kompresi tinggi adalah untuk meningkatkan efisiensi (irit bahan bakar)
dan menurunkan kadar emisi.
Untuk membuat mesin bekerja dengan perbandingan kompresi tinggi, syarat
utamanya adalah harus menggunakan bensin dengan oktan lebih
tinggi. Kendati demikian, tidak semua mesin harus atau lebih baik
menggunakan bensin beroktan tinggi. Mesin dengan kompresi rendah, jika diberi
bensin oktan tinggi, hanya menyebabkan pemborosan uang. Tenaga mesin juga tidak
naik dan tetap saja boros.
Sebenarnya para ahli yang berkecimpung di laboratorium mesin sudah
mengeluarkan data hubungan antara perbandingan kompresi dan oktan bahan
bakar seperti berikut.
Perbandingan
Kompresi
|
Kebutuhan
Nilai Oktan
|
Efisiensi Termal %
(Gas ditekan habis)
|
5 : 1
|
72
|
-
|
6 : 1
|
81
|
25
|
7 : 1
|
87
|
28
|
8 : 1
|
92
|
30
|
9 : 1
|
96
|
32
|
10 : 1
|
100
|
33
|
11 : 1
|
104
|
34
|
12 : 1
|
108
|
35
|
Kendati demikian, pada sebagian mesin sekarang, apalagi yang
menggunakan dua busi atau busi menyala dua kali secara berurutan, penggunaan
bensin beroktan lebih rendah masih bisa ditoleransi.
Tugas oktan
Oktan dicampurkan ke dalam bensin bertugas mencegah agar jangan cepat
terbakar! Lho kok gitu? Bukankah bensin yang mudah terbakar lebih oke? Tidak
demikian pada mesin. Pada mesin, waktu pembakaran (pengapian) telah
ditentukan berdasarkan siklus atau langkah kerja mesin.
Pembakaran terjadi ketika piston mendekati titik mati atas (TMA) pada
langkah kompresi. Tidak boleh terlalu jauh atau maju atau terlambat. Apabila
kemajuan, kerja mesin tidak efisien dan tenaga kurang. Sebaliknya, jika
terlambat, mengakibatkan mesin menembak atau bahasa kerennya knocking.
Nah, bensin yang disedot oleh mesin (disemprotkan oleh injektor) dikompresi
atau dimampatkan pada langkah kompresi sekaligus dicampur dengan udara. Pada
saat inilah terjadi kenaikan suhu dan tekanan bensin di dalam. Suhu
tersebutlah bisa memicu bensin bisa terbakar dengan sendirinya, yang disebut
juga autoignition. Ya, terbakar sendiri alis swabakar!
Nah, bisa dibayangkan, kalau swabakar terjadi sebelum busi memercikkan
bunga api. Akan terjadi dua ledakan besar. Pertama, swabakar bensin dan kedua
akibat disulut oleh busi. Kalau keseringan, dipastikan akan merusak mahkota
piston, kubah kepala silinder, klep, busi dan kalau mesin modern sekarang
adalah injektor (injeksi langsung).
Apabila kedua ledakan beradu dan sering terjadi, umur mesin pendek. Mesin
juga loyo, boros bensin, dan menimbulkan polusi tinggi.
Nah, untuk mencegah swabakar itu, ke dalam bensin ditambahkan oktan
yang dibuat dari berbagai macam bahan (dulu timbal atau Pb). Makin tinggi nilai
oktan, tambah hebat kemampuan mencegah swabakar. Waktu pengapian yang lebih
dekat ke TMA membuat pembakaran lebih efisien, ledakannya lebih kuat.
Kendati demikian, masih ada berbagai faktor lain yang menentukan pemilihan
oktan ini. Misalnya, suhu, putaran dan beban mesin, dan ketinggian tempat.
Pada mesin-mesin modern, terutama sistem injeksi, untuk mencegah
swabakar atau menembak, dilengkapi dengan knock sensor yang
bertugas memantau kerja mesin. Kalau terjadi gejala menembak, sensor akan
melaporkan ke komputer, waktu pengapian dimajukan untuk mencegah gejala
menembak atau swabakar!
Editor : Zulkifli BJ
Kompresi tinggi. Perbandingan di sini bukanlah kompresi atau tekanan, melainkan lebih
tepat pada perbandingan ruangan atau volume. Perbandingan kompresi
adalah perbandingan volume ruangan ketika piston berada di titik mati atas
(TMA) dan titik mati bawah (TMB).
Saat berada di TMA, di atas puncak piston masih tersisa sedikit ruang untuk
memampatkan udara dan bahan bakar (mesin bensin), busi, injektor (untuk injeksi
langsung), dan tentu saja kepala klep yang mengatur keluar masuk udara segar
dan sisa pembakaran.
Selanjutnya, ketika berada di TMB, ruang yang ada di atas piston sangat besar.
Selain ruang kecil di kepala silinder, kini ada tambahan ruang dari blok
silinder dengan ukuran lebih besar.
Nah, bila dibandingkan, antara ruang saat piston berada di TMA dan TMA, itulah
yang disebut perbandingan ruang kompresi. Kalau perbandingan kompresi disebutkan
10,0 : 1, maka itu berarti perbandingan ruang saat piston di TMA dan TMB adalah
10,0 : 1.
Makin tinggi perbandingan kompresi, makin efisien kerja mesin. Namun, mesin
juga butuh bahan bakar dengan kualitas lebih baik. Misalnya, untuk mesin dengan
perbandingan kompresi 10 : 1, tak ada tawar-menawar lagi selain harus
menggunakan bensin dengan nilai oktan di atas 90.
Pada kondisi darurat, BBM yang dipakai bisa saja premium. Namun kalau dipaksa
terus menggunakan asupan yang kurang bagus ini, maka pencernaan
"perut" mesin juga tidak akan bekerja dengan normal.
Sebagai contoh, kompresi tinggi yang membuat mesin lebih efisien dapat dilihat
pada salah satu produk Honda yang menggunakan dua mesin berbeda, yaitu CR-V,
seperti berikut.
|
2.0 liter
|
2.4 liter
|
Perbandingan
kompresi
|
10,5 : 1
|
9,3 : 1
|
Tenaga
maks (PS @rpm)
|
150 @6.200
|
170 @5.800
|
Torsi
maks (kg-m @rpm)
|
19,4 @4.200
|
22,2 @4.200
|
Lebih Efisien. Mesin CR-V 2.0 liter yang masih
menggunakan teknologi katup SOHC ternyata lebih efisien dibandingkan mesin 2,4
liter DOHC dengan perbandingan kompresi yang tinggi. Berdasarkan data di
atas, mesin 2,0 liter mampu menghasilkan tenaga 75 PS per liter, sedangkan
mesin 2,4 liter menghasilkan 70,8 PS per liter. Begitu juga dengan torsi.
Mesin 2,0 liter menghasilkan 9,7 kg-m per liter, sedangkan mesin 2,4 liter
hanya 9,25 kg-m per liter.